REVIEW SAUDI AIRLINES : JAKARTA – MADINAH

20.25

Selain jarak antara penginapan dan Mesjid, faktor lain dalam menentukan pemilihan tour untuk perjalanan umroh adalah maskapai penerbangan yang digunakan. Oleh karena ibadah umroh hampir 80 persen berupa kegiatan fisik maka maskapai penerbangan menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Sebagian besar maskapai penerbangan dari Jakarta mendarat di Jeddah. Kemudian dalam intenerary perjalannya ibadah dimulai di Kota Madinah. Jadi setelah melalui penerbangan cukup panjang dibutuhkan lagi waktu sekitar 6 jam perjalanan darat dari Airport Jeddah ke Madinah. Bukan masalah , toh memang sudah niat untuk ibadah . Tetapi jika ada alternatif yang lebih efisien alangkah enaknya. Setelah mencari info ternyata Saudi Airlines adalah maskapai yang dapat langsung (direct ) mendarat di Madinah.

Perjalanan umroh saya waktu itu adalah tanggal 23 February 2017. Walaupun jadwal keberangkatan adalah jam 16.00 tapi kami diharuskan kumpul jam 11 siang di airport untuk mengumpulkan koper . Sekitar pukul 12 siang kami mulai masuk kedalam lounge. Di lounge kita bisa makan, mencharge handphone juga disediakan musholla. Setelah menikmati makan siang saya berbincang dan berkenalan dengan rombongan umroh lainnya, kemudian kami bergantian shalat dzuhur yang dijamak dengan ashar. Pukul 15.30 seluruh rombongan tour menuju ke boarding room . Ketika sudah tiba di boarding room ternyata pesawat SV 821 tujuan Madinah di delay, dan kemungkinan baru bisa boarding sekitar pukul 17.00 akhirnya rombongan kami memilih untuk duduk di ruang tunggu sepanjang lorong boarding room dimana disekelilingnya terdapat beberapa coffeshop dan bakery. Akhirnya sekitar pukul 17.15 kami masuk ke dalam boarding room, tidak lama kemudian para penumpang dipanggil untuk masuk ke dalam pesawat sesuai dengan urutan zona tempat duduk.

Alhamdulilah dapet posisi duduk di 31 A dan 31 C posisinya adalah baris kedua setelah pintu masuk dan ajaibnya lagi, dari segitu banyak rombongan penumpang dari seluruh Indonesia, di barisan kursi saya kosong satu seat. Jadi dalam barisan saya yang harusnya diisi 3 orang hanya ditempati oleh saya dan suami.

Selanjutnya di pesawat kebanyakan yang kita lakukan tentunya berdoa atau membaca surat-surat pendek, klo waktu itu saya bawa buku lipat kecil yang berisi surat Yasin dan Ar-Rahman saya perhatikan juga ada beberapa yang membawa Al-Quran kecil. Kalo pun tidak bawa, di tv terdapat audio book Al–Quran. Selain itu selama penerbangan juga disediakan film box office, film serial bahkan video games. Sehingga jika sulit tidur pun ada hiburan lain yang bisa dilakukan.

Diantara kegiatan itu juga tentunya diselingi waktu isi perut alias makan. Makan malam pertama kita boleh memilih menu daging, ikan atau ayam. Saya dan suami memilih daging, dan rasanya enaak bangeet. Serius deh soalnya kan biasanya makanan pesawat hambar gak jelas gitu rasanya tapi ini dari tampilannya mirip daging balado tapi rasa rendang dan enak. Penampakannya seperti ini niih

Selimut, kaos kaki, bantal semuanya komplit disediakan. Ditoilet juga cukup lengkap amenitiesnya seperti hand soap (suka deh wanginya!) hand lotion, juga hand sanitizer.

Jadi dalam penerbangan Jakarta – Madinah. Kita transit sebentar di Riyadh untuk mengisi bahan bakar dan juga pergantian cabin crew. Setelah transit yaitu sekitar pukul satu dini hari, kita ditawarin makan lagi, pilihannya ravioli atau nasi ayam. Saya pilih ravioli ini

Isi raviolinya lumayan padat dan rasanya enak, isinya bayam dan ayam atau salmon ya saya lupa. Sayangnya sausnya agak hambar tapi jangan sedih soalnya dibalik kerupuk itu ada sambel belibis (bukan iklan ya) jadi lumayan untuk penambah rasa. Sekitar 15 menit setelah makan, kita dibagikan lagi roti gede model long john didalemnya ada keju. Saya simpen aja di tas buat jaga-jaga kalo nanti laper di hotel. Ternyata sampe hotel kita juga udah disediakan makanan kotak isinya nasi putih dan rendang. Jadilah sampai kamar malah kalap makan nasi rendang dan si roti keju pesawat itu malah gak kemakan.

Intinya pengalaman naik Saudi Airlines dari Jakarta ke Madinah berjalan nyaman banget. Take-off dan landingnya selalu smooth, entertainment yang kekininan juga sangat menghibur disaat jenuh. Untuk yang agak takut dengan kendala bahasa juga gak perlu khawatir, karena pramugari Jakarta-Madinah maupun saat pulang Jedah-Jakarta sebagian besar orang Indonesia jadi pastinya lancar berbahasa Indonesia. Paling kekurangnnya saat harus delay 2 jam. Itupun sepertinya karena kendala cuaca.

Ohya saya tulis juga deh perjalanan pulangnya yaitu Jedah- Jakarta. Pas pulang justru on time sekali pesawatnya. Untuk masuk ke boarding room juga ternyata pemeriksaannya gak seketat yang saya khawatirkan. Menu makan malam pas pulang gak sempet saya foto. Boro-boro foto pas ditengah-tengah makan aja saya ketiduran -___-" saking ngantuknya. Saya inget kok tapi pilihannya waktu itu nasi daging atau bihun goreng dan saya pilih bihun goreng. Paling nyenengin adalah pilihan menu keesokan paginya, menggugah selerah banget! Telur dadar atau pancake. Tentunya sebagai penggemar pancake saya pilih blueberry pancake!

Lagi-lagi berkah dari Allah SWT belum berakhir, pas pulang saya dan suami dapet tempat duduk di seat 30 A dan B. Dimana itu posisi paling depan jadi kaki bisa selonjoran lebih luas. Alhamdulilaaaaaah

Semoga kalau ada rejeki dan umur panjang bisa menunaikan ibadah Haji semulus ini selama perjalanan udara Aamiin ya rabbal 'alamin.

Baca Juga Yuk UMRAH TRIP : HARI KEDUA, MENGUNJUNGI MESJID QUBA DAN JABAL UHUD

You Might Also Like

2 komentar

  1. Jadi ingat pas perjalanan pulang dulu, karena kecapekan dan terbang ke arah timur, malam jadi terasa pendek sekali. Bangun-bangun kelewatan sholat Subuh (jadi agak ironis padahal pulang umrah hehe).

    Turut mengaminkan doa di paragraf terakhir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Galih, Makasih ya sudah mampir dan baca reviewnya :)

      Hapus

Popular Posts