Pengalaman Umroh : Hari Pertama, Syahdunya Mesjid Nabawi

03.25

Setelah melalui penerbangan selama 9 jam dari Jakarta, lalu sempat transit kurang lebih 45 menit di Riyadh, akhirnya kami tiba di Madinah sekitar pukul 2.15 pagi. Bandar Udara Internasional Prince Mohammad bin Abdulaziz terlihat anggun dan megah. Dengan pilar tinggi putih yang diujungnya membentuk rangkaian seperti sarang laba-laba. Eits, namun tentunya gak ada setitik pun debu yang terlihat apalagi laba-laba betulan. Bahkan ketika pesawat baru mendarat di Madinah lampu-lampu yang menyinari bandara sudah tampak cantik berkilau seakan menyambut kedatangan para jamaah. Turun dari pesawat kita langsung berjalan ke arah imigrasi. Untuk melewati imigrasi tidak memakan banyak waktu. Petugasnya juga lancar loh berbahasa Indonesia. Para jamaah diminta menempelkan sidik jari kiri dan kanan.

Selesai pemeriksaan imigrasi kita turun ke bawah. Di bawah, koper sudah rapih berjejer sesuai dengan masing-masing rombongan tour. Lega deh begitu tau sudah ada porter yang siap membawakan koper sampai nanti kedalam bus. Dari tempat klaim bagasi kita cukup melewati metal detector satu kali, lalu belok kanan. Nantinya ada petugas lagi yang akan memeriksa dan mencap visa. Petugas disini memang tegas dalam mengatur antrian tapi ada juga yang cukup ramah membalas ketika kita bilang Syukron. Kalau diperhatikan suasana bandara saat itu sangat sepi dan lenggang sepertinya pesawat kami adalah penerbangan terakhir yang tiba di Bandara Prince Mohammad bin Abdulaziz ini. Di lantai dasar hanya terlihat beberapa orang sedang duduk dibangku.

Urusan mencap visa selesai, kita disambut oleh Muthawif yang akan membimbing selama menjalani ibadah Umroh di Madinah dan Mekkah yaitu Ustad Aziz. Wuuuush! angin segar berhembus menyentuh kulit wajah saya begitu keluar pintu bandara. Ternyata udara Madinah di akhir February ini masih sangat sejuk menjurus dingin. Rombongan kami pun bergegas masuk kedalam bis yang akan membawa kita ke penginapan.

Selama perjalanan menuju hotel, kita bisa melihat lampu-lampu mesjid Nabawi yang bersinar terang, sambil menyanyikan shalawat untuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam dan bersyukur berkali kali dalam hati. Dengan mata berkaca-kaca karena masih ada perasaan gak percaya kalau akhirnya sampai dengan selamat di Kota yang menjadi tujuan hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam dan dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menghabiskan akhir hayatnya. Hanya dibutuhkan sekitar 15 menit dari bandara ke Hotel Grand Mercure Medina. Setelah dibagikan kunci, kami mengambil koper , membereskan pakaian, membersihkan diri lalu segera menuju ke Mesjid Nabawi untuk melaksanakan shalat subuh.

Menurut wheater app Udara Madinah pagi itu 14 Celcius! Dingin sekali buat ukuran orang Jakarta. Langit yang gelap dan udara dingin tidak menyurutkan semangat para tamu Allah maupun penduduk sekitar untuk melakukan shalat berjamaah di Mesjid Nabawi. Waaah perasaan yang gak bisa diungkapkan dengan kata-kata waktu pertama kali melihat pelataran Mesjid dari jauh. Ya Allah betapa tentram dan syahdunya tempat ini. Karena masih lelah namun disaat bersamaan juga terkesima oleh keindahan Mesjid Nabawi, saya dan beberapa teman rombongan tour berjalan santai menuju mesjid, akhirnya kita hanya dapat shalat subuh di pelataran. Desiran angin saat shalat di pelataran lumayan kencang ternyata, untungnya saya sudah pake jaket dibalik mukena. Para wanita disana juga banyak yang menggunakan mantel selama melaksanakan shalat subuh di Mesjid Nabawi.

Selesai shalat subuh tentunya waktu untuk breakfast prasmanan di hotel. Saya pilih nasi kebuli ayam, meatball, mashed potato dan sejenis perkedel sayur. Buah zaitun melimpah ruah disini, oleh karena itu buah ini menjadi makanan wajib saya selama umroh. Roti dan keju nya juga beraneka ragam bikin kangen anak saya yang gemar makan keju. Saya juga mencoba sejenis roti gandum berbentuk setengah lingkaran yang ditengahnya bolong. Cara makannya ngarang saja, kadang saya isi keju dan sayur segar atau kadang dicolek dengan bumbu kari. Doyan yougurt? Wah pasti seneng banget, karena mau yang rasa buah maupun plain tersedia terus. Saya memutuskan untuk istirahat sebentar di kamar setelah kenyang sarapan. Tapi saya sudah niatkan mulai dzuhur dan seterusnya harus shalat di dalam Mesjid Nabawi. Selain mengejar pahala yang 1000x lipat, saya pun ingin menikmati indahnya setiap detail interior mesjid ini.

Setengah jam sebelum adzan saya mulai bersiap siap untuk pergi ke mesjid, karena kalo berangkat mepet adzan biasanya kondisi di dalam mesjid sudah penuh dan para askar tidak akan mengizinkan kita masuk. Ohya karena ini Hari Jumat, Pak Ustad menyarankan jamaah wanita untuk ikut shalat Jumat yang artinya tidak usah lagi shalat dzuhur. Alhamdulilah akhirnya saya bisa merasakan juga shalat di dalam mesjid yang sangat indah ini.

Selesai shalat kita makan siang. Menunya kebanyakan tentu kari karian, tapi buat saya masih cocok di lidah. Paling penting selain nasi kebuli selalu ada pilihan nasi putih, sayur – sayuran segar seperti romaine lettuce, tomat dan sejenisnya juga selalu tersedia. Bahkan di hari kedua dan seterusnya selalu ada sambal bajak yang rasanya sesuai dengan lidah Indonesia. Dessertnya juga beraneka ragam. Kondisi restaurant ternyata tidak seramai saat breakfast sepertinya tamu hotel dari negara lain lebih memilih untuk jajan disekitar hotel.

Setelah makan siang, beberapa teman mengajak berjalan jalan menelusuri mall dan pertokoan disekitar Mesjid Nabawi sampai tanpa terasa kita menemukan pasar. Saya hanya melihat-lihat saja dan belum tertarik untuk berbelanja. Berbeda dengan udara subuh yang sejuk, di siang hari mataharinya lumayan terik. Tidak lama setelah menelusuri pasar, saya dan suami serta beberapa teman berpamitan untuk segera bergegas ke mesjid.

Walaupun adzan ashar belum berkumandang, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya memang harus secepat mungkin tiba di dalam mesjid agar lebih mudah memilih tempat shalat. Lagipula berlama-lama di mesjid Nabawi sambil berdzikir, membaca doa dan membaca Al-Quran (yang tersedia disetiap tiang pilar mesjid) merupakan nikmat yang luar biasa, karena suasananya yang sangat nyaman dan sejuk. Wangi karpetnya pun masih terasa dan terbayang-bayang sampai ketika shalat di tanah air :') Ketika sedang menunggu waktu shalat, sesekali saya mendengar cuitan burung dan ketika melihat ke atas langit-langit mesjid ternyata burung-burung tersebut sedang bertengger manis di chandelier mesjid, Subhannallah.

Setelah shalat ashar Pak Ustad mengajak rombongan tour untuk berziarah ke Pemakaman Baqi yaitu tempat disemayamkannya para sahabat, anak dan keluarga terdekat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk menuju makam ini kita menelusuri sisi samping mesjid Nabawi, dari gerbang 16 ambil arah kanan lurus saja. Selama berjalan menelusuri pelataran mesjid, mata ini sungguh dimanjakan dengan keindahan arsitektur mesjid ditambah dengan barisan kanopi menyerupai payung yang berdiri megah.

Saat kanopi tersebut terbuka maupun menutup menjadi hiburan tersendiri. Saat itu juga kami menyaksikan deretan mobil kebersihan yang dengan rapih berbaris menyikat lantai pelataran. Pantas saja pelatarannya selalu terlihat bersih mengkilat walaupun setiap detik lalu lalang dilewati ribuan umat. Diiringi oleh udara sejuk kita menikmati indahnya Mesjid Nabawi. Sambil tidak lupa berhenti sejenak serta mengucapkan salam dan shalawat saat melewati Raudhah, makam Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ditandai dengan kubah hijau .

Tidak jauh dari Raudah kami berjalan lurus lagi sekitar 300 meter. Sampailah kita ke pemakaman yang dimaksud. Kaum wanita tidak boleh masuk kedalam area makam, sedangkan meskipun kaum laki laki boleh melihat tetapi ketika tiba disana waktu untuk melayat sudah habis.

Setelah mendengar sejarah singkat makam Baqi dan memanjatkan doa, kami pun bersiap siap melaksanakan shalat magrib. Karena waktunya sudah mepet kita ambil wudhu di keran keran tempat minum yang tersedia diluar mesjid. Kita juga liat beberapa orang mengambil wudhu disekitar situ, soalnya kalo ambil wudhu di tempatnya, takut gak kebagian shalat di dalam mesjid. Dan benar saja kita agak kesulitan mencari tempat untuk shalat magrib. Akhirnya setelah mencari sana sini dapat juga space untuk shalat walupun tidak berkarpet. Ketika menunggu dari magrib ke isya, waktunya kan agak lama, saya cukup kedinginan duduk di lantai karena cuma bawa sajadah kecil untuk sujud. Jadi sebaiknya memang selalu bawa sajadah panjang tapi yang tipis saja, untuk kodisi seperti ini.

Setelah shalat isya selesai, kita pulang ke hotel. Agenda malam ini adalah shalat dan memanjatkan doa di Raudah. Cerita mengenai pengalaman ini akan saya tulis terpisah. Perjalanan ibadah umroh yang saya alami di hari pertama ini, sangat membekas di hati. Apalagi nuansa damai, syahdu dan tentram Mesjid Nabawi yang akan selalu lekat dalam ingatan setiap kali saya shalat dimana pun saya berada. Semoga teman-teman pembaca blog yang memiliki keinginan mengunjungi Mesjid Nabawi bisa segera terwujud.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts